Rabu, 04 Februari 2015

PENGENDALIAN HAMA TIKUS SECARA TERPADU



Tikus sawah merupakan hama utama penyebab kerusakan padi di wilayah Kecamatan Gampengrejo. Penyerangannya dilakukan sejak padi di persemaian sampai panen, bahkan tikus sawah pun menjadi hama di  gudang penyimpanan padi. Rata-rata tingkat kerusakan pada tanaman padi yang diakibatkan serangan hama tikus sawah mencapai 17% per tahun.
Permasalahan ini antara lain disebabkan pengendalian tikus di tingkat petani dilakukan setelah terjadi serangan (karena lemahnya monitoring), sehingga penanganan hama tikus menjadi terlambat.
Disamping itu pemahaman petani mengenai informasi aspek dinamika populasi tikus, yang menjadi dasar dalam pengendalian juga masih kurang.  Kecenderungan petani masih kurang peduli dalam menyediakan sarana pengendalian tikus, organisasi pengendalian yang masih lemah, dan pelaksanaan pengendalian yang tidak berkelanjutan dapat mengakibatkan meningkatnya hama tikus sawah.

Daya rusak tikus sawah terhadap tanaman padi
Daya rusak berkaitan dengan perilaku mengerat tikus sawah. Hal tersebut berdampak kerusakan tanaman padi 5 kali lipat dari kebutuhan makannya. Pada saat pesemaian, kerusakan terjadi karena benih dimakan atau dicabut. Seekor tikus sawah mampu merusak ± 283 bibit per malam (126- 522 bibit berumur 2 hari). Pada stadia anakan hingga anakan maksimal, tikus merusak dengan cara memakan bagian titik tumbuh dan pangkal batang yang lunak, sedangkan bagian lain ditinggalkannya. Daya rusak pada periode tersebut ± 80 batang per malam (11-176 tunas). Ketika padi bunting, tikus merusak ± 103 batang per malam (24-246 tunas). Sedangkan pada waktu padi bermalai, daya rusak ± 12 malai per malam (1- 35 malai). Dari sejumlah malai yang dipotongnya, tikus hanya mengkonsumsi beberapa bulir gabah dan selebihnya dibiarkan berserakan.

RAGAM KOMPONEN TEKNOLOGI PENGENDALIAN TIKUS SAWAH

Sanitasi lingkungan dan manipulasi habitat
Dengan sanitasi, tikus akan kehilangan tempat berlindung sementara(shelter), tempat membuat sarang (nesting site), dan pakan alternatif berupa beberapa jenis gulma. Dilakukan terutama pada awal tanam dan selanjutnya selama terdapat pertanaman. Meliputi tindakan pembersihan gulma, semak, lokasi bersarang, dan habitat tikus seperti batas perkampungan, tanggul irigasi, pematang, tanggul jalan, parit dan saluran irigasi. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (tinggi dan lebar pematang kurang dari 30 cm) untuk mengurangi tempat tikus berkembang biak.

Kultur Teknis
Bertujuan mengkondisikan lingkungan sawah, yang merupakan “rumah bagi tikus sawah, agar kurang mendukung kelangsungan hidup (survival) dan reproduksinya. Dalam pelaksanaannya, pengendalian secara kultur teknis diintegrasikan dengan pelaksanaan budidaya padi. Beberapa teknik yang dapat dilaksanakan meliputi :

a.    Tanam dan panen serempak
Dalam satu hamparan usahakan tanam serempak (minimal 50 ha). Apabila tidak memungkinkan, atur agar selisih waktu tanam maksimal 2 minggu. Atau tanam varietas padi umur panjang lebih dahulu, kemudian dilanjutkan tanam varietas genjah (umur pendek). Hal tersebut bertujuan untuk membatasi ketersediaan pakan bagi tikus sawah sehingga tidak mampu berkembangbiak terus menerus.

b.    Pengaturan pola tanam
Pada daerah endemik, dianjurkan untuk melakukan pola tanam padi-padi- bera, padi-padi-palawija, atau padi-palawija-padi. Kondisi bera (panjang) diharapkan mampu memutus siklus hidup dan menekan kerapatan populasi tikus. Pada pertanaman palawija, tikus sawah tidak mampu berkembang biak optimal sehingga jumlah anak yang dilahirkannya tidak sebanyak apabila terdapat tanaman padi.



c.    Pengaturan jarak tanam / tata tanam legowo
Cirikhas petak sawah yang terserang tikus sawah adalah botak pada bagian tengah petak. Pada serangan berat, daerah terserang meluas hingga tepi petak dan hanya menyisakan 1-2 baris tanaman di dekat pematang. Perilaku tersebut dilakukan oleh tikus untuk melindungi daerah sarangnya yang biasanya berada pada pematang. Dengan sistem tata tanam legowo, terdapat lorong-lorong panjang dan petak sawah ‘lebih terbuka. Secara alamitikus sawah kurang suka dengan kondisi tersebut karena keberadaannya mudah diketahui oleh predator

Gropyok massal, rutin, dan berkelanjutan (terus menerus)
Melibatkan seluruh petani, kelompok tani, dan segenap warga. Merupakan kegiatan wajib sebelum mulai musim tanam, kemudian lanjutkan secara rutin (misalnya 1 minggu sekali) hingga populasi tikus benar-benar turun. Gunakan berbagai cara menangkap/membunuh tikus, seperti penggalian lubang, pemukulan, penjaringan,  perburuan dengan anjing dll. Kombinasikan dengan teknik lain seperti fumigasi dan sanitasi. Pada pelaksanaannya, beragam metode tersebut dapat dilakukan bersama. Pada saat gropyokan,  di larang menggunakan senjata tajam seperti parang, pedang, sabit, dll. Cukup gunakan bilah bambu atau pemukul dari ranting kayu untuk membunuh tikus. Tikus yang keluar dari lubangnya akan berlari secara acak, sehingga dikhawatirkan bisa terjadi kecelakaan/melukai orang yang ikut gropyokan jika menggunakan senjata tajam.

Fumigasi  / pengemposan
Fumigasi efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam lubang sarangnya. Fumigan yang murah dan terbukti efektif adalah SO2 (sulfur oksida) yang dihasilkan dari pembakaran jerami kering dan belerang dalam alat pengempos tikus. Lubang tikus yang telah diempos tidak perlu digali. Setelah diempos, tutup lubang tersebut menggunakan lumpur atau tanah agar tikus mati di dalam lubang sarangnya. Penutupan juga menghambat penggunaan lubang tersebut sebagai sarang oleh tikus lain yang datang kemudian. Lakukan fumigasi pada habitat utama tikus, seperti tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, pekarangan dekat sawah, dan lokasi lain yang terdapat lubang aktif. Lakukan fumigasi selama pertanaman berlangsung, terutama pada padi stadia generatif karena pada waktu tersebut sebagian besar tikus betina beserta anak-anaknya berada dalam lubang sarang.

Rodentisida / pengumpanan beracun
Kesalahan fatal yang umum dilakukan petani adalah penggunaan rodentisida ketika tanaman padinya telah terserang (berat) oleh tikus sawah. Pada kondisi di atas, tindakan pengumpanan yang dilakukan adalah suatu kesia-siaan, karena tikus sawah lebih tertarik tanaman padi daripada umpan beracun yang diberikan. Penggunaan rodentisida harus sesuai dosis anjuran. Berdasar cara kerjanya, terdapat dua bentuk rodentisida yaitu akut dan antikoagulan. Rodentisida akut mampu membunuh tikus langsung di tempat peletakkan umpan. Sedangkan pemakaian rodentisida antikoagulan membunuh tikus dalam rentang 3-5 hari setelah makan dengan dosis cukup. Keberhasilan pengumpanan sangat dipengaruhi oleh waktu aplikasi, jenis umpan, penempatan, dan stadia padi di lapangan. Waktu paling tepat untuk penggunaan rodentisida adalah pada saat bera pratanam dan olah lahan. Saat tersebut merupakan waktu kritis bagi tikus sawah karena terjadi kelangkaan pakan, sehingga umpan beracun akan dimakannya.
Bila populasi tikus masih tinggi, pemakaian rodentisida dapat diperpanjang hingga pesemaian dan maksimal pada padi stadia anakan (20 HST). Setelah periode tersebut, tikus akan lebih memilih makan tanaman padi. Tempatkan umpan dalam tabung bambu (panjang ± 20 cm) agar tidak dimakan hewan selain tikus. Penggunaan rodentisida sebaiknya merupakan alternatif terakhir apabila metode lain tidak efektif.

Pengendalian secara hayati / biologi
Cara termudah adalah dengan memberikan lingkungan yang sesuai dan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus sawah. Pada ekosistem sawah irigasi, peran musuh alami kurang nyata dalam menekan populasi tikus. Ragam pemangsa tikus sawah seperti kucing, anjing, garangan, burung hantu, burung kowak maling, alap-alap tikus, kobra hitam, kobra raja, ular bajing hijau, dan ular boa/sanca. Patogen berupa mikroorganisme penyebab sakit dan kematian tikus, meliputi berbagai jenis cacing, bakteri, virus, dan protozoa. Beragam cacing parasitik di dalam tubuh tikus sawah ternyata tidak menimbulkan kematian secara langsung, dan hanya menurunkan kualitas hidup inangnya. Pengunaan bakteri salmonella (dicampur dalam umpan) telah dikembangkan di Vietnam, meskipun tersebut berbahaya bagi manusia. Australia mengembangkan metode pemandulan (imunokontrasepsi) dengan suatu jenis virus yang spesifik.



REKOMENDASI TINDAKAN PENGENDALIAN

Pemilihan kombinasi teknologi pengendalian disesuaikan dengan kondisi agroekosistem budidaya padi di lokasi sasaran pengendalian dan stadia tumbuh tanaman padi. Kegiatan pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi.

 Kombinasi Teknologi Pengendalian Tikus.
Cara pengendalian
Bera
Olah tanah
Semai
Tanam
Bertunas
Bunting
Matang
Tanam serempak


+
+



Sanitasi habitat
+
++
+


+

Gropyok massal
+
++
+




Fumigasi





++
++
Rodentisida*
+








Keterangan: + = dilakukan; ++ = difokuskan; * = jika diperlukan; LTBS = sistem bubu perangkap linear; TBS = sistem bubu perangkap

3 komentar:

  1. Sama - sama pak, semoga bermanfaat

    BalasHapus
  2. Amiiin.... Smg populasi tikus dpt dikendalikan dibawah ambang ekonomi... Biar petani tetap untung....

    BalasHapus