Rabu, 20 Mei 2015

TEKNOLOGI BUDIDAYA KEDELAI SPESIFIK LOKASI



Peningkatan  produktivitas  dan  efisiensi  dalam  budidaya  kedelai  dapat dicapai  dengan  penerapan  teknologi  yang  bersifat  spesifik  lokasi  pada masing-masing  agroekologi.  Permasalahan  yang  bersifat  spesifik  lokasi pada setiap agroekologi diatasi untuk
mendapatkan persyaratan tumbuh optimal untuk tanaman kedelai.

Pada  lahan  sawah,  kedelai  biasa  ditanam  pada  musim  kemarau pertama (MK I) yang ditanam setelah panen padi pertama atau pada musim  kemarau  kedua  (MK  II)  yang  ditanam  setelah  panen  padi kedua.  Disamping itu, budidaya kedelai dapat dilakukan pada awal musim hujan ditanam sebelum tanam padi. Kedelai pada MK I masa tanamnya  antara  Februari  –  Juni,  kedelai  MK  II  antara  Juni  – September dan kedelai awal musim hujan antara Oktober –  Januari.

Teknik  Budidaya Kedelai pada agroekologi lahan sawah  untuk MK I  (Februari – Juni) dan MK II (Juni – Agustus) sebagai berikut :

1.       Penyiapan  lahan tanpa  olah  lahan.  Setelah panen padi,  jerami padi  dipotong  dekat  dengan  permukaan  tanah.  Sesuai  dengan prioritas  pemanfaatannya,  jerami  padi  digunakan  untuk  pakan ternak atau ditinggal di lahan untuk mulsa kedelai atau dibakar. Jerami padi yang dibakar merupakan salah satu sumber hara K.

2.    Pembuatan saluran drainase dengan jarak antar saluran 1,5  –  5 m,  bervariasi  tergantung  pada  kemiringan  lereng  lahan  dan tekstur tanah, makin datar dan/atau halus tekstur tanah semakin sempit antar saluran drainase. Saluran drainase berukuran lebar sekitar 30 cm dan kedalaman sekitar 25 cm.

3.     Untuk  kedelai  yang  ditanam  pada  awal  musim  hujan, penanaman  dilaksanakan  setelah  hujan  cukup  membahasai tanah untuk mendukung perkecambahan benih kedelai. 

4.     Bagi kedelai yang ditanam setelah padi (kedelai MK I dan MK II), kedelai  hendaknya  segera  ditanam,  2  –  4  hari  setelah  padi dipanen, hal ini ditujukan untuk memanfaatkan air/lengas tanah dan mengurangi gangguan gulma, hama dan penyakit.

5.       Varietas yang dianjurkan ialah :
a.  Kedelai  awal  musim  hujan  (Oktober  –  Januari)  diharapkan menggunakan varietas  yang  berumur genjah (80 hari atau kurang) :
-  Varietas  berbiji  besar  :  Agromulyo,  Baluran,  Grobogan, Lokal
-  Varietas  berbiji  sedang  :  Malabar,  Gepak  Ijo,  Gepak Kuning

b.  Kedelai  MK  I,  biasanya  ketersediaan  air  (air  hujan)  lebih terjamin daripada pertanaman kedelai pada MK II :
-  Varietas  berbiji  besar  :  Anjasmoro,  Argopuro,  Gumitir, Detam 1 dan Detam 2
-  Varietas  berbiji  sedang  :  Wilis,  Kaba,  Ijen,  Sinabung,  Arjasari dan Malika

c.  Musim  tanam  MK  II,  umumnya  ketersediaan  air  (air  hujan) terbatas :
-  Varietas  berbiji  besar  :  Argomulyo,  Burangrang  dan Baluran
-  Varietas  berbiji  sedang  :  Malabar,  Ijen,  Arjasari  dan Malika

6.       Benih  berkualitas  yakni  bernas  dengan  daya  tumbuh  >85%,  murni, sehat dan bersih dengan total kebutuhan benih antara 40 –  60 kg/ha, tergantung pada ukuran biji, makin besar ukuran biji makin banyak benih yang digunakan.

7.       Perlakuan  benih  dengan  carbosulfan  atau  fipronil  untuk  mengendalikan lalat bibit dan hama lain.

8.     Perlakuan  benih  dengan  pupuk  hayati  sumber  rhizobium  bagi lahan   yang sebelumnya tidak pernah ditanami kedelai, 20 gr  sumber rhizobium/kg benih.

9.       Populasi  tanaman  350.000  –  500.000  per  hektar,  dengan pengaturan jarak tanam berturut-turut 40 x 15 cm dan 40 x 10 cm dan ditanam dua biji/lubang.

10.     Jenis dan takaran pupuk dapat berbeda tergantung pada konsidi atau tingkat  kesuburan tanah berdasarkan hasil analisis tanah.  Jika  tersedia  pupuk  organik  atau  pupuk  kandang,  dianjurkan  pemberian sekitar 2 ton/ha. sedangkan dosis pupuk kimia yang dianjurkan per Hektar adalah pupuk dasar : Urea = 25 Kg, SP 36 = 100 Kg, dan KCL = 50 Kg.  Pupuk Susulan I pada umur 30 HST dengan pupuk Urea 50 Kg.

11.     Pemberian  air  diperlukan  jika  kelembaban  tanah  tidak mencukupi  terutama  pada  stadium  awal  pertumbuhan,  saat berbunga dan saat pengisian polong.

12.     Pengendalian  gulma  berdasarkan  pemantauan  baik  secara mekanis-konvensional  atau  manual  (penyiangan  menggunakan cangkul  atau  dicabut)  secara  mekanis  maupun  secara  kimia menggunakan  herbisida  pra  dan/atau  pasca  tumbuh.  Pada tanah  yang  ringan  dan  di  daerah  langka  tenaga  kerja  cara mekanisasi  dapat  meringankan  biaya  pengendalian  gulma.Penyemprotan  herbisida  pra  tumbuh  sebaiknya  dilakukan  satu minggu sebelum tanam, sedang penyemprotan herbisida pasca tumbuh dilakukan secara hati-hati menggunakan tudung nozzle agar tidak mengenai daun tanaman kedelai.

13.     Pengendalian  hama  dan  penyakit  berdasarkan  pemantauan populasi atau kerusakan tanaman.


14.     Tanaman  siap  dipanen  apabila  daun  sudah  luruh  dan  95% polong  sudah  berwarna  kuning  kecoklatan  atau  coklat kehitaman  (tergantung  varietas),  panen  dilakukan  secara konvensional (dengan disabit atau dicabut).

15.     Pembijian  kedelai  dilakukan  secara  manual  (sistem  geblok) ataupun secara mekanis yakni dengan mesin perontok.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar